Pagi tadi, Juki terlihat sedang nongkrong bersama sohibnya, Paijo, sedang nyabu, alias sarapan bubur. Tidak usah heran kenapa mereka tidak nongkrong di warteg seperti biasanya. Itu karena mereka belum bayar bon makan gara-gara gajinya sebulan dihabiskan untuk nonton Bon Jovi.
"Juki, kamu udah baca buku GGI belum?" kata Paijo membuka pembicaraan.
"Ya, jelas sudah! Buku itu kan best seller banget. Kata penulis buku
itu, gara-gara Indonesia Amerika kalah perang, gara-gara Indonesia
Columbus nemu Amerika. Gara-gara Indonesia, Napoleon kalah perang. Dan
masih banyak lagi yang lain."
"Tapi, kata seorang pengamat, sebentar lagi buku GGI bakalan kalah populer sama buku GGJ, Gara-Gara Jokowi."
"Kok, bisa? Emang isinya apa?"
"Kata penulis buku GGJ, gara-gara Jokowi pipis Indonesia kena tsunami, Jokowi batuk, Merapi mbledug, Jokowi kentut Indonesia dilanda kabut asap, terakhir malah crane jatuh di Masjidil Haram aja katanya gara-gara Jokowi bersin."
"Wah hebat banget, penulisnya. Namanya siapa?"
"Kalau nggak salah, nama penulisnya Hater!"
"Kalau gitu, aku dulu salah bikin kesimpulan. Dulu aku pikir Jokowi itu kembarannya Djokovic, atlet tenis Wimbledon. Sekarang aku curiga jangan-jangan mereka mengira Jokowi itu kembarannya Jokobodo!"
"Tapi, kata seorang pengamat, sebentar lagi buku GGI bakalan kalah populer sama buku GGJ, Gara-Gara Jokowi."
"Kok, bisa? Emang isinya apa?"
"Kata penulis buku GGJ, gara-gara Jokowi pipis Indonesia kena tsunami, Jokowi batuk, Merapi mbledug, Jokowi kentut Indonesia dilanda kabut asap, terakhir malah crane jatuh di Masjidil Haram aja katanya gara-gara Jokowi bersin."
"Wah hebat banget, penulisnya. Namanya siapa?"
"Kalau nggak salah, nama penulisnya Hater!"
"Kalau gitu, aku dulu salah bikin kesimpulan. Dulu aku pikir Jokowi itu kembarannya Djokovic, atlet tenis Wimbledon. Sekarang aku curiga jangan-jangan mereka mengira Jokowi itu kembarannya Jokobodo!"
1 comments:
commentsHadir di blog Umi .. hehe :)
Reply